Telur
Telur merupakan bahan pangan yang
sempurna, karena mengandung zatzat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk
hidup baru. Protein telur memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap,
sehingga dijadikan standar untuk menentukan mutu protein dari bahan lain.
Keunggulan telur sebagai produk peternakan yang kaya gizi, juga merupakan suatu
kendala karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak (Winarno dan Koswara, 2002).
Telur secara umum mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Perbedaan komposisi kimia antara spesies
terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang
dipengaruhi oleh keturunan, makanan dan lingkungan. Membran vitelin adalah
salah satu bagian dari kuning telur yang amat penting selama proses pengasinan
karena mendorong air keluar dari kuning telur dan mencegah air masuk, mendorong
NaCl masuk kedalam kuning telur dan mencegah NaCl keluar (Romanoff dan
Romanoff, 1963). Struktur telur berdasarkan Stadelman dan Cotterill (1995),
memperlihatkan adanya lapisan-lapisan pada telur, sehingga pada telur yang
diasinkan, garam akan masuk secara bertahap dari putih telur ke kuning telur
dalam telur. Jumlah pori-pori tersebut bervariasi antara 100-200 lubang/cm2
luas permukaan kulit telur. Pori-pori berukuran sangat kecil sekitar 0,01-0,07 mm2 dan tersebar di seluruh permukaan kulit telur (Sirait, 1986).
luas permukaan kulit telur. Pori-pori berukuran sangat kecil sekitar 0,01-0,07 mm2 dan tersebar di seluruh permukaan kulit telur (Sirait, 1986).
Penggaraman
Penggaraman merupakan proses penetrasi
garam ke dalam bahan yang diasin dengan cara difusi setelah garam mengion
menjadi Na + dan Cl -. Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan
pangan dapat mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya
kenaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitusel
mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel terhadap
CO2. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja
enzim, dan menurunkan aktivitas air (aw atau kandungan air bebas dalam bahan
pangan). Proses pengasinan yang berhasil dengan baik ditentukan oleh
karakteristik telur asin yang dihasilkan. Telur asin tersebut bersifat stabil,
aroma dan rasa telurnya terasa nyata, penampakan putih dan kuning telurnya baik
(Winarno dan Koswara, 2002). Tekanan osmotik dalam larutan garam atau adonan
lebih besar daripada tekanan osmotik dalam telur, sehingga larutan garam dapat
masuk ke dalam telur. Garam yang digunakan dalam pengasinan adalah NaCl.
Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut : garam NaCl di dalam larutan
mengion menjadi Na + dan Cl -. Kedua ion tersebut berdifusi kedalam telur
melalui lapisan kutikula, bunga karang, lapisan mamilari, membran kulit telur,
putih telur, membran vitelin, dan selanjutnya ke dalam kuning telur (Sukendra,
1976).
Perubahan
Kimia Telur saat Proses Penggaraman
1. Denaturasi Protein
Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau
modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa
terjadinyan pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi protein dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu oleh panas, pH, bahan kimia, gelombang suara,
tekanan yang tinggi dan mekanik. Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat
memecah ikatan hidrogen yang akhirnya menyebabkan denaturasi protein (Winarno,
1997). 7
Pemekaran
atau pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif
yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali
pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit ikatan yang
terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu
koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan antara
gugus-gugus reaktif protein tersebut menahan
seluruh cairan, maka terbentuklah gel (Winarno, 1997).
seluruh cairan, maka terbentuklah gel (Winarno, 1997).
2. Koagulasi
Perubahan struktur molekul protein telur adalah akibat dari
hilangnya kelarutan, dan pengentalan, atau perubahan dari bentuk cair (sol)
menjadi padat atau semi padat (gel) yang dapat disebabkan oleh pemanasan,
perlakuan mekanik, garam, asam, alkali, dan bahan alkali lain seperti urea.
Perubahan
dari sol menjadi gel ini disebut koagulasi (Stadelman dan Cotteril, 1995). Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah ovomucin. Mucin berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan mucin yang tinggi dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning
telur mengandung komponen non protein yang merupakan subyek penggumpalan. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsenterasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).
dari sol menjadi gel ini disebut koagulasi (Stadelman dan Cotteril, 1995). Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah ovomucin. Mucin berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan mucin yang tinggi dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning
telur mengandung komponen non protein yang merupakan subyek penggumpalan. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsenterasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).
Telur
Asin
Pengasinan
telur merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan telur segar (memperpanjang
masa simpan), membuang bau amis telur (terutama telur bebek) serta menciptakan
rasa yang khas. Ada banyak macam pengasinan telur, secara tradisional
masyarakat kita telah mengawetkan telur dengan cara pengasinan menggunakan
adonan garam, yaitu garam yang dicampur dengan komponen-komponen lainnya
seperti abu gosok, batu bata merah, kapur, tanah liat dan sebagainya. Selain
itu pengasinan telur juga dapat dilalakukan dengan menggunakan media cair yaitu
dengan larutan garam jenuh (Astawan, 1988). 8 Menurut Dahro (1996), besarnya kerusakan iodium tergantung pada
tipe pengolahan dan jenis pemasakan, waktu pengolahan dan variasi bumbu. Pada
penelitian ini akan diteliti mengenai bagaimana pengaruh penambahan iodium pada
garam terhadap kadar KIOI dan sifat organoleptik telur asin serta
pengaruh penyimpanan telur asin terhadap kadar KIOI dan sifat organoleptic telur asin.
pengaruh penyimpanan telur asin terhadap kadar KIOI dan sifat organoleptic telur asin.
0 comments